Lahan yang datar tidak selalu menjadi pilihan untuk mendirikan bangunan. Sebuah rumah tinggal di Wenzenbach, Jerman, dibangun di lereng bukit yang masih rimbun dengan pepohonan. Dirancang oleh biro Fabi Architecten bda. Karakter topografi yang melandai cukup curam menjadi potensi yang menarik jika kita menelusuri sekeliling bangunan. Lahan tidak diurug untuk diratakan (cut and fill), tapi dibiarkan melandai dan bangunannya yang disesuaikan dengan kondisi ini.
Jika diperhatikan dari sisi jalan raya, hanya tampak seperti bangunan sederhana tanpa ada detail apapun pada fasadnya. Tapi, fasad polos berwarna abu-abu ini menerima bayangan pohon-pohon di sekitarnya dengan jelas, khususnya ketika pagi dan sore, itulah detailnya, bayangan pohon membentuk karya seni alami pada bidang-bidang fasad bangunan.
Ketika menuruni lereng, kita melihat sisi lain bangunan ini, bahwa ternyata bangunan ini terdiri dari dua lantai yang masing-masing orientasinya tidak sama seolah-olah berupa dua massa (badan) bangunan yang ditumpuk. Massa di atas miring kira-kira 45 derajat terhadap massa di bawahnya dan ini dipertegas dengan sudut-sudut kantilever.
Massa atas untuk fungsi ruang publik, terdiri dari ruang kerja, ruang tamu dan keluarga. Massa bawah untuk fungsi ruang privat dan servis, terdiri dari ruang tidur, dapur dan kamar mandi. Jadi, tidak seperti rumah dua lantai umumnya, urutan ruang bangunan ini dari atas ke bawah, itulah salah satu potensi lahan berlereng yang dimanfaatkan pada bangunan ini.
Masing-masing massa memiliki dinding kaca lebar di sisi yang sama, yaitu menghadap arah lereng dan pegunungan yang dipenuhi pepohonan. Tapi, arah keduanya agak berbeda karena kemiringan 45 derajat tersebut, sehingga background pemandangan yang dijumpai di setiap lantai juga berbeda. Di lantai atas yang menghadap utara memiliki view pegunungan dan di bawah yang menghadap barat memilki view langit dan matahari terbenam di balik pepohonan.
Dari segi material, bangunan didominasi warna netral putih dan abu-abu. Seluruh dinding luar polos dengan tujuan membentuk bayangan sempurna pepohonan, kecuali satu sisi yang menghadap lereng berupa kaca lebar. Sisi interior juga polos, kecuali sisi lantai dilapisi parkeet kayu agar suasana semakin menyatu dengan view pemanadangan alam. Sirkulasi atau jalan setapak luar bangunan menggunakan lapisan batu-batuan granit, sehingga bisa sekaligus menjadi area resapan.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa bangunan ini dirancang dengan konsep netralitas (minimalis) dan pemanfaatan potensi lingkungan. Estetika pada bangunan ini berupa pemanfaatan pontensi lingkungan, yaitu kemiringan lahan, view pemandangan dan bayangan pepohonan.
Ditulis oleh : Kapindro Sasmita, S.T
Sumber Gambar : https://backstage.worldarchitecturenews.com/wanawards/
Potensi eksisting yang menarik. Tapi, semoga nanti tidak ada pengembang yang berlomba-lomba membangun di lereng seperti ini, sehingga potensi lingkungannya justru berkurang, terutama secara fisik.